Pengertian
CGI dan Penggunaan CGI Dalam Dunia Film
1.Pengertian CGI
(Computer Graphic Image)
Computer-generated image(juga dikenal sebagai
CGI) adalah penerapan bidang komputer grafis, atau lebih khusus, grafis 3D
komputer untuk efek khusus dalam film, program televisi, commercials,
simulators dan simulasi umumnya, dan media cetak. Video game biasanya
menggunakan real-time komputer grafis (jarang disebut sebagai CGI), tetapi juga
termasuk pra-diberikan “memotong adegan” dan intro film yang dimana itu akan
menjadi cirri khas aplikasi CGI. Ini kadang-kadang disebut sebagai FMV (Full
motion video).
CGI digunakan untuk efek visual komputer
karena efek yang dihasilkan akan lebih terkontrol dibandingkan lainnya
berdasarkan proses fisik, seperti membangun miniatures untuk efek gambar atau
mempekerjakan tambahan untuk adegan keramaian, dan karena itu memungkinkan
penciptaan gambar yang tidak layak menggunakan teknologi lain. Hal ini dapat
juga mengizinkan seorang seniman atau produser untuk menghasilkan konten tanpa
menggunakan aktor, pelayanan yang mahal.
Komputer seperti perangkat lunak 3ds Max, dan
open source Blender, LightWave 3D, dan Maya Softimage AutoDesk digunakan untuk
membuat gambar yang dihasilkan komputer untuk film, dll. Penerimaan software
CGI dan peningkatan kecepatan komputer telah diizinkan seseorang dan
perusahaan-perusahaan kecil untuk menghasilkan sebuah profesional grade film,
permainan, dan seni rupa dari rumah komputer. Hal ini yang telah membawa
tentang Internet subkultur dari CGI itu sendiri dengan set global selebriti,
clichés, teknis dan kosa kata.
2. Penggunaan
CGI(Computer Graphic Imagery) Dalam Dunia Film
Kalau kita tengok ke belakang, ”Toy Story”
(1995), film debutan Pixar yang dibiayai dan dipasarkan The Walt Disney Company
itu sukses besar sebagai film pertama yang secara penuh menggunakan teknologi
komputer. Sejak saat itu studio animasi digital lain seperti Blue Sky Studios
(Fox), DNA Productions (Paramount Pictures and Warner Bros.), Onation Studios
(Paramount Pictures), Sony Pictures Animation (Columbia Pictures), DreamWorks,
dan yang lainnya tak mau ketinggalan untuk memproduksi film sejenis.
Tentu tak sedikit dari kita yang
mempertanyakan dengan teknologi apa dan bagaimana film-film kreatif ini dibuat.
Ternyata, kunci pembuatan film-film ini adalah sebuah aplikasi komputer grafis
yang disebut computer generated imagery (CGI). Dengan perangkat lunak ini bisa
diciptakan gambar 3D lengkap dengan berbagai efek yang dikehendaki. Beberapa
software CGI populer antara lain Art of Illusion (bisa di-download
di sourceforce.net), Maya, Blender, dan lain-lain.
CGI 2D dipakai pertama kali pada film
”Westworld” (1973) karya novelis scifi Michael Crichton dan sekuelnya
”Futureworld” (1976) menggunakan CGI 3D untuk membuat tangan dan wajah yang dikerjakan
oleh Edwin Catmull, ahli komputer grafik dari New York Institute of Technology
(NYIT). Tapi, tidak semua film berhasil memberikan sentuhan animasi yang bagus.
Film ”Tron” (1982) dan ”The Last Starfighter” (1984) termasuk yang gagal karena
efek yang mereka berikan kelihatan sekali buatan komputer.
Revolusi ” Jurassik Park”
Teknologi CGI biasa dipakai dalam pembuatan
film, program televisi, dan beberapa iklan komersial, termasuk media cetak.
Aplikasi ini memberikan kualitas grafis yang sangat tinggi dengan efek yang
lebih terkontrol daripada metode konvensional seperti membuat miniatur untuk
pembuatan adegan kecelakaan yang dramatis atau menambah aktor figuran untuk
menggambarkan suasana keramaian penuh sesak.
Di tahun 1991 film ”Terminator 2: Judgement
Day” yang dibintangi Gubernur California sekarang Arnold Schwarzeneger membuat
decak kagum penonton dengan efek morphing (perubahan dari satu wajah/bentuk ke
wajah/bentuk yang lain secara halus) dan liquid metal si penjahat pada beberapa
aksinya. Dua tahun kemudian film legendaris tentang dinosaurus, ” Jurassic
Park” juga memberikan efek visual yang mengagumkan pada makhluk purba itu
sehingga tampak betul-betul hidup. ” Jurassic Park” membawa revolusi pada
industri perfilman dan Hollywood bertransisi dari animasi konvensional menjadi
teknik digital.
Tahun berikutnya, ”Forrest Gump”, film drama
dengan aktor tersohor Tom Hanks, juga memanfaatkan teknologi CGI untuk efek
menghilangkan salah satu kaki Letnan Dan (dimainkan Gary Sinise) agar tampak
pincang betulan. Efek lainnya adalah pergerakan bola ping-pong yang sangat
cepat ketika dimainkan oleh Tom Hanks. Bahkan, adegan dengan efek bulu melayang
di udara merupakan garapan sebuah studio animasi di Bandung.
”Digital grading”
CGI pun semakin mendarah daging dalam
industri perfilman modern selanjutnya. Mulai tahun 2000-an, CGI memegang peran
dominan untuk pemberian efek visual pada sebuah film.
Teknologinya pun berkembang sehingga
memungkinkan dalam sebuah adegan berbahaya, sang aktor digantikan oleh aktor
ciptaan komputer dengan perbedaan yang tidak kentara. Figuran yang diciptakan
dengan komputer seperti pada triloginya Peter Jackson, ”Lord of The Ring”, pun
banyak dipakai untuk menciptakan adegan keramaian penuh sesak, tentu dengan
bantuan perangkat lunak simulasi.
Salah satu efek CGI dalam film yang kurang
dikenal, namun penting, adalah digital grading. Dengan efek ini warna asli
hasil shooting direvisi menggunakan perangkat lunak untuk memberikan kesan
sesuai dengan skenario. Contohnya wajah Sean Bean (pemeran Boromir) dalam ”The
Lord of the Rings: the Two Tower” ketika mati dibuat lebih pucat. Jadi, tidak
dengan trik kosmetik, tetapi dengan polesan komputer.
Lantas, bagaimana dengan mimik wajah yang
bisa mengekspresikan perasaan haru, sedih, ataupun gembira pada tokoh ciptaan
komputer? Dalam pembuatannya, animasi komputer mengkombinasikan vektor grafik
dengan pergerakan yang sudah terprogram. Bagian-bagian utama seperti pada
wajah, tangan, kaki, dll terdiri dari sejumlah variabel animasi yang akan
dikendalikan dengan pemberian nilai tertentu untuk menampilkan ekspresi atau
mimik wajah yang dikehendaki.
Tokoh Woody dalam ”Toy Story” terdiri dari
700 variabel animasi dengan 100 variabelnya sendiri untuk wajahnya saja. Jadi,
tidak heran berbagai ekspresi wajah seperti tertawa, terkejut, dan sedih bisa
dibuat dengan mempermainkan 100 variabel tadi.
Cukup mahal
Sekumpulan variabel dengan nilai yang berubah
pada setiap frame yang ditampilkan berurutan menjadi kontrol
pergerakan figur tersebut. Hebatnya, animator ”Toy Story” mengendalikan
variabel-variabel animasinya secara manual. Bisa jadi, bagi seorang animator
yang berbakat, terampil dan berpengalaman malah menghasilkan efek yang lebih
bagus dibanding acting orang asli.
Kalau dilihat dari ukurannya, satu frame CGI
untuk film biasanya dibuat berukuran 1,4–6 megapiksel. Contohnya, ”Toy Story”
berukuran 1536 x 922 (1,42 megapiksel). Bayangkan saja, ternyata waktu yang
dibutuhkan untuk rendering tiap frame sekira
2-3 jam, bahkan bisa 10 kali lebih lama untuk menciptakan adegan yang sangat
kompleks. Meskipun kecepatan CPU makin tinggi, tidak banyak mengubah waktu yang
dibutuhkan karena mereka akan membuat adegan yang lebih kompleks lagi untuk
hasil yang lebih bagus lagi. Kendati demikian, dengan peningkatan eksponensial
kecepatan CPU, teknologi CGI juga makin potensial ke depan.
Sebagai gambaran, untuk pembuatan film
”Madagascar”, para teknisi menggunakan 2.500 komputer Linux Cluster yang
dipasang di dua studio Dream Works dan lab penelitian komputer Hewlett Packard
di Palo Alto, California. Komputer sebanyak itu digunakan untuk ”tugas besar”
siang malam rendering frame demi frame film
berukuran gigabit. Untuk membuat film ”Madagascar” sampai jadi, dibutuhkan
waktu lebih dari 11 juta jam.
Menurut Andy Hendrickson, kepala produksi
DreamWorks, separuh dari anggaran biaya produksi yang kabarnya mencapai 90 juta
dolar AS dipergunakan untuk animasi komputer. Dalam produksinya itu DreamWorks
sekaligus menciptakan beberapa teknik yang bisa digunakan lagi untuk film-film
animasi selanjutnya.
Penutup
Tidak semua film ciptaan komputer berjalan
mulus menjadi box office di pasaran. Contohnya, film yang
dikembangkan dari sebuah game yaitu ”Final Fantasy: The Spirit
Within” (2001). Meski terkenal sebagai film pertama yang menciptakan tokoh
manusia dengan CGI, tapi pasar tak antusias menyambutnya. Tak heran bila
setelah produksi ke-2 ”Final Flight of the Osiris” sebuah film pendek sebagai
prolog film ”The Matrix Reloaded”, Square Pictures gulung tikar.
Pengembangan teknologi CGI terus dilaporkan
setiap tahun pada konferensi tahunan SIGGRAPH mengenai komputer grafis dan
teknik interaktif yang dihadiri oleh puluhan ribu profesional komputer. Di sini
para tokoh di balik penciptaan animasi-animasi bertemu. Bukan hal yang tidak
mungkin suatu hari kelak para animator Indonesia pun akan banyak berbicara di
pentas dunia.