Minggu, 10 Januari 2016





Nama :Teguh Sanjaya
NPM : 16115841
Tugas : softkill ilmu sosial dasar





BAB II
KONTAK SOSIAL DAN JARAK SOSIAL
            Kini kita tidak lagi membicarakan perlengkapan psikologis dari kehidupan individual tetapi memusatkan perhatian terhadap proses-proses sosial yang mendasar, yyang serta merta mempegaruhi perkembangannya. Di sini hanya akan dibahas sedikit saja dari proses sosial yang mendasar itu, namun demikian pentingnya sehingga tak ada kehidupan individual dan kehidupan sosial yaang dapat dijelaskan dengan sempurna tanpa pengetahuan yang mendasar itu. Proses yang dimaksud, sebagai contohnya ialah kontak sosial, dan isolasi sosial.
            Sosiolog yang hanya lebih mengutamakan mempelajari fenomena yang disebut ‘masyarakat luas’ (Great Society) seperti mobilitas sosial, stratifikasi sosial, dan pranata sosial, tanpa mwnghubungkan studinya dengan penyelidikan yang cermat terhadap proses sosial yang mendasar ini kemungkinan besar belum dapat menampilkan suatu analisa setepatnya bagaimana mestinya.

1.      KONTAK PRIMER DAAN KONTAK SEKUNDER
            Kita mesti membedakan dua jenis kontak sosial. Pertama, kontak primer, yakni kontak yang dikembangkan secara intim dan mendalam berupa pergaulan tatap muka di mana hubungan secara visual dan perasaan-perasaan yang berhubungan dengan pendengaran senantiasa digunakan. Kedua, kontak sekunder, yakni kontak yang ditandai oleh pengaruh keadaan luar dan jarak yang lebih besar. Orang yang secara mental terbentuk oleh kontak primer, dan oleh ide-ide primer, mengembangkan ciri-ciri yang berbeda daripada mereka yang di bentuk oleh kontak sekunder. Sekedar contoh, dapat dibandingkan antara seorang wanita yang fungsi utamanya sebagai nyonya rumah tangga dan sebagai seorang ibu dengan seorang manajer pabrik atau dengan seorang politisi. Sudah tentu terdapat hubungan antara ciri-ciri kepcribadian yang dikembangkan melaui kontak primer dan kontak sekunder. Keinginan untuk menghargai publik selalu terjadi sebagai pemindahan faktor psikologis, sekurang-kurangnya sebagian, sebagai pengganti keterbatasan keintiman dari tanggapan yang dialami ditengah-tengah kehidupan keluarga.
            Jelas kiranya bahwa kawasan tempat berlangsungnya kontak sekunder yang sebenarnya adalah dalam kehidupan kekotaan. Revolusi industri yang melahirkan kota-kota dan yang memecah kehidupan sosial seperti kehidupan masyarakat desa menjadi unit-unit kecil, merupakan faktor yang sangat penting dalam menciptakan sebagian besar antar hubungan yang bersifat abstrak dan impersonal. Kontak sekunder, dengan demikian mendorong terciptanya sikap-sikap yang abstrak. Kontak sekunder ini juga memungkinkan kita untuk membandingkan kepentingan jangka panjang dan yang penuh perhitungan, karena kecenderungan-kecenderungan dapat diperkirakan dan disusun, demikian pula sistem kontrol yang baru terhadap publik dapat diperbuat dan dipergunakan dengan menekankan kepada segi-segi perbedaan peranan yang dimainkan mereka seperti membedakan mereka selaku pembayaran pajak atau selaku buruh atau majikan. Situasi hubungan tatap muka, yang menandai kontak primer, dewasa inipun telah mengalami perubahan.

2.      KONTAK BERDASARKAN SIMPATI DAN BERDASARKAN KATEGORIS
            Klasifikasi lain dari kontak sosial, dapat pula dibuat atas dasar sudut pandangan psikologis dan sosiologis. Orang yang tidak termasuk ke dalam kelompok kita sendiri, tidak termasuk ke dalam bidang kontak primer kita. Kita tidak menganggap mereka sebagai anggota kelompok kita yang sesungguhnya tetapi kita membuat penggolongan atau kategori terhadap mereka. Ini berarti bahwa kita mengklasifikasikan mereka dalam pengertian perbedaan derajat simpati atau antipati terhadap mereka. Di sini kita berhadapan dengan dasar atau asal mula dari prasangka. Perasaan simpati berhubungan dengan perbedaan kategori dan kelompok-kelompok menciptakan apa yang dapat kita klasifikasikan misalnya sebagai: ‘orang negro’, ‘orang Jerma’, ‘orang Yahudi’, ‘orang asing’, ‘orang luar’, ‘mereka’, dan sebagainya.
            Fase permulaan proses kategori ini terdapat pada jenis primitif dari penyesuaian diri. Kita mulai dengan menunjukkan atau menentukan kelompok kita sendiri dengan tanda-tanda yang baik, disebabkan karena kita tidak mampu menghadapi setiap obyek yang kontak dengan kita, maka kita membedakan dan memisah-misahkannya. Selanjutnya jika kita pertama kali bertemu dengan seorang manusia yang belum kita kenal, biasanya kita merasakan suatu perasaan simpati atau antipati secara tiba-tiba. Ini jelas adalah suatu interpretasi dari sikap-demikian pula lazimnya dalam dunia binatang-dimana simpati dan antipati adalah sejenis alat untuk menseleksi pengalaman-pengalaman yang tepat. Pengertian kita, dalam sebagian besar kasus adalah ditentukan oleh gagasan dan prasangka yang kita miliki. Dasar alamiah dari prasangka adalah suatu kecenderungan untuk mencocokkan pengalaman-pengalaman baru ke dalam kategori yang lama dengan mempergunakan generalisasi yang mula-mula untuk menanggulangi pengalaman baru itu. Setiap pengalaman yang nyata, didasarkan atas kontak yang dekat dan langsung atau primer. Pengertian atau pemahaman, adalah suatu pertarungan antara penyesuaian diri segera terhadap versi baru dari pengalaman dan kecenderungan terhadap prasangka. Orang yang selalu bergerak secara sosial dan secara geografis ( mobilitas vertikal dan horizontal), lebih kritis dan lebih tidak memihak dalam menilai orang lain, dan dengan demikian kurang berprasangka karena pengalamannya itu di pergunakannya untuk berhubungan dengan bermaca-macam orang lain. Seperti kita ketahui, orang yang berurat berakar di satu tempat tertentu saja, lebih tinggi derajat prasangkanya dibandingkan dengan orang yang banyak bergerak tersebut diatas. Orang yang banyak bergerak (mobile) dapat lebih mudah beralih dari pengalaman-pengalaman kategori kepada pengalaman-pengalaman spesifik. Kesan atau impresi penting pertama yang kita peroleh dari kehidupan kota besar itu bereaksi terhadap kesadaran diri sendiri dan terhadap penilaian diri sendiri. Kesadaran diri sendiri penduduk kota besar tidak stabil dan tidak kaku. Sedangkan dalam kehidupan masyarakat desa, prestise atau gengsi didasarkan atas siapa orang tua kita, dari keluarga mana kita berasal, daan dimana posisi kita dalam komunitas desa itu. Dalam kehidupan kota besar, prestise sebagian besar didasarkan atas hasil usaha (achievement) personal. Sebagai akibatnya penduduk kota besar selalu lebih mengisolasi dirinya dan penilaian terhadap dirinya sendiri di-internalisasikan.
            Akibat dari kenyataan serupa ialah fleksibelitas, tetapi juga ketidak-stabilan, ketidak-sungguhan, dan skeptisme yang terdapat dalam watak penduduk kota besar. Selanjutnya individu yang relatif anonim sifatnya dalam kehidupan kota besar, memperluas lingkungan kehidupan sehingga memungkinka kita untuk memindahkan sebagian tanggungjawab kita kepada orang lain atau kepada institusi lain. Sebagai akibatnya, orang kian lama kian menjadi penonton saja terhadap situasi yang ada.
            Dalam hubungan persahabatan sejati, unsur penggolong-golongan yang terdapat dalam kontal personal, tidak muncul. Persahabatan sejati ini didasarkan atas hubungan simpati yang berarti suatu keinginan untuk mengidentifikasikan kepentingan. Ungkapan ‘kita’ secara tak langsung menyatakan adanya saling mengidentifikasikan diri masing-masing dan difusi kepribadian. Ungkapan ‘tetangga kita’ dalam pengertian tertentu, pada dasarnya berarti kita sendiri. Semakin individualis seseorang, semakin sukar baginya untuk berusaha mengidentifikasikan dirinya dengan orang lain. Malahan, perasaan yang mendua atau bercabang biasanya muncul ditengah-tengah pengidentifikasian diri, dan masing-masing cabang perasaan itu besar perbedaannya. Persahabatan dan perkawinan, adalah dua jenis antara hubungan yang sedikit banyak berhasil menyalurkan atau menyatukan perasaan yang bercabang itu.
            Tempat pengalaman yang paling awal dari kesatuan sosial dan identifikasi, terdapat pada kelompok primer atau kelompok tatap muka seperti keluarga, kelompok teman sepermainan, hubungan tetangga, klub, masyarakat faternal atau sekolah. Perasaan cinta, kepahlawanan dan keberanian, begitu juga mabisi, kesombongan dan dendam kesumat, kesemuanya dibentuk di dalam kelompok primer. Menurut C.H. Cooley, perasaan cinta kemerdekaan dan keadilan  yang merupakan cita-cita primer yang mendasari ajaran kristen demokrasi dan sosialisme, ketiganya didasarkan atas ide-ide dari kelompok primer.
            Kontak di dalam dan di luar kehidupan kelompok, telah dianalisa oleh sosiolog seperti Sumner, Cooley, dan Burgess. Menurut mereka, hubungan simpati internal yang egotisme kelompok menghasilkan dua standar perasaan yang berbeda. Di satu pihak, kemauan baik, kerjasama, dan saling percaya di antara sesama anggota kelompok sendiri. Di lain pihak, perasaan bermusuhan dan kecurigaan terhadapanggota kelompok lain. Hubungan persaudaraan di kalangan anggota kelompok sendiri dan perasaan bermusuhan terhadap anggota kelompok lain atau terhadap ‘out-group’ adalah dua hal yang saling berhubungan. Perlawanan dan permusuhan yang gawat terhadap orang asing atau terhadap kelompok lain, memperkuat solidaritas di kalangan sesama anggota kelompok sendiri sehingga perselisihan yang terjadi di kalangan internal kelompok sendiri, tidak dapat melemahkan permusuhan itu.
            Etnosentrisme adalah istilah teknis yang dipakai untuk mengungkap sikap serupa itu. Bagi anggotanya, kelompok sendiri adalah segala-galanya. Setiap kelompok etnosentrisme memelihara dan mempertahankan rasa harga diri, kesetiaan, kesombongan, dan perasaan superioritas yang dimilikinya sendiri, mengagung-agungkan Tuhan-nya sendiri serta memandang dengan perasaan jijikdan mencela terhadap segala sesuatu yang dimiliki kelompok lain. Kejijikan itu diekspresikan dengan memakai kata-kata yang menghina, dengan menyebut dan menandai kelompok lain itu sebagai ‘pemakan babi’, ‘tak bersunat’, pemakan lembu’, daan sebagainya. Apa yang mendasari penilaian demikian itu, mungkin dapat kita sebut dengan istilah ‘moralitas kafir’. Atas dasar mengkafirkan kelompok lain nasionalisme, juga didasarkan atas sikap prasangka dan moralitas kafir demikian itu.

3.      JARAK SOSIAL
            Dalam setiap kontak sosial, secara tak langsung menyatakan suatu jarak sosial. Jarak sosial itu mungkin berati jarak eksternal atau jarak internal atau jarak mental. Seluruh jenis dan aneka ragam kehidupan sosial dan kultural tak kan dapat dijelaskan dengan memadai tanpa mengkategorikan jarak sosial. Tanpa jarak sosial, takkan ada obyek dan takkan ada kehidupan sosial itu sendiri. Pengambilan jarak, pada waktu bersamaan adalah salah satu dari pada perilaku yang penting untuk mempertahankan dan untuk melanjutkan otoritas peradaban manusia. Demokrasi mengurangi jarak sosial. Prestise-prestise komandan ketentaraan misalnya sebagian besar adalah persoalan jarak sosial. Secara harfiah jarak sosial berarti mengubah barang sesuatu menjadi terpencil, memindahkan suatu obyek yang dekat kepada suatu posisi yang jauh dari titik semula. Perkataan ‘jarak’ berasal dari pengalaman langsung kita terhadap ruang. Anehnya ialah bahwa pengalaman mngenai ruang juga menyediakan pola bagi pengalaman mental. Behawa seseorang berada pada jarak 5 meter dari saya misalnya, adalah suatu pengalaman tentang ruang; tetapi jika saya mengatakan bahwa seseorang mempunyai jarak sosial dari saya, maka ini berarti bahwa saya mempunyai status sosial  yang lebih tinggi atau lebih rendah dari orang yang bersangkutan. Ada persamaan tertentu antara kedua jenis jarak ini meskipun keduanya tidaklah identik. Ahli sosiologi berbicara tentang penciptaan jarak buatan. Lalu apa gerangan yang dimaksudkannya? Jarak mengenai ruang, yang dapat diukur dengan mudah dalam arti pisik adalah dapat diubah melalui suatu tindakan dengan sengaja oleh manusia, menjadi barang sesuatu yang dapat disebut jarak mental. Pengurangan identifikasi termasuk ke dalam penciptaan jarak mental ini. Bergerak dari tindakan-tindakan yang intim dan simpatik menuju pengasingan diri tanpa perlu menerapkan tingkah laku yang menggolong-golongkan atau yang bersifat menyerang.
            Baiklah saya berikan contoh di sini di lapangan yang murni pengalaman yang berhubungan dengan panca-indera tentang bagaimana proses yang fundamental dari pengambilan jarak itu dapat di selidiki. Seorang pelaut dalam pelayarannya menuju pelabuhan, mungkin pertama kali menyenagi pemandangan yang jelas terhadap kota pelabuhan yang terletak di depannya di kejauhan. Tiba-tiba keseluruhan penglihatannya berubah menjadi jauh disebabkan karena adanya kabut. Sebenarnya kota pelabuhan itu tidaak lebih jauh dari pada jarak sebelumnya tetapi kabut telah menciptakan suatu kepalsuan ilusi, seakan-akan kota pelabuhan itu sedemikian jauhnya dalam penglihatan pelaut itu. Dalam contoh ini, jarak bukanlah di ciptakan oleh subyek, melainkan oleh halimum atau kabut. Keseluruhan jarak mentaal yang akan kita bicarakan berikut ini berasal dari spontanitas subyek; yang dalam kenyataannya kesemuanya diciptakan oleh subyek.
            Evolusi jarak mental dari jarak ruang dapat ditunjukkan dengan jelas dalam kasus ketakutan. Kenyataan, jarak yang disebabkan karena rasa takut adalah jarak yang paling sederhana. Jika saya tetap mempertahankan jarak ruang antara saya dengan orang lain yang lebih kuat dari saya, maka dalam jarak ruang antara kami ini, berisi jarak mental dari rasa takut itu. Binatang yang dikurung, dalam situasi tertentu masing-masing memelihara jarak ruang terhadap yang relatif lebig kuat secara proporsional. Makin pengecut binatang itu, makin jauh jarak ruang yang diambilnya terhadap binatang yang ditakutinya.
            Schjelderup Ebbe yang melakukan penyelidikan yang cermat, menyatakan adanya suatu hierarki yang teratur di kalangan kehidupan sosial binatang seperti di kalangan ayang betina, ayam jantan, dan anak ayam. Ebbe meneliti kehidupan ayam itu dalam kelompok yang terdiri atas 2-25 ekor dan kemudian terhadap kelompok yang terdiri atas 25-100 ekor. Menurutnya hal pertama yang dikemukakannya ialah bahwa selama mencari makan, selama memakan/makanan di pot makanan atau pergi bertengger untuk beristirahat atau pergi kesarang , ayam jantan melihatkan untuk bertelur, ayam jantan memperlihatkan suatu keteraturan yang pasti. Ayam yang terkuat atau paling jagoan, selalu yang mula-mula sekali datang ke tempat-tempat tersebut baru kemudian disusul oleh ayam yang lain menurut urutan tingkat keberaniannya terhaadap sesamanya. Seluruh tempat tersebut selalu diambil oleh ayam yang terkuat itu lebih dulu. Persoalan yang timbul ialah: bagaimana aturan itu dibentuk.? Penelitian menunjukkan bahwa aturan itu dibentuk melaui pertarungan antara sesamanya. Jika dua anak ayam bertemu maka pertama kali yang dilakukannya adalah membuat tingkatan sosial diantara mereka melalui pertarungan. Anak ayam yang lari pertama kali, akan menjadi taklukan untuk selama-lamanya. Dengan demikian, suatu urutan lengkap dapat disusun menurut hasil pertarungan itu dan terlihat pula bahwa hierarki ini dipertahankan dengan keras oleh ayam itu. Penelitian ini juga menemukan bahwa tingkatan yang teratur ini tidak mengikuti dengan keras perbedaan dalam segi kekuatan fisik tetapi mengikuti apa yang disebut superioritas psikolgi, di mana aspek keberanian sangat besar peranannya. Tetapi adalah suatu kenyataan pula bahwa ketakutan selalu memainkan peranan pula.
            Penyelidikan berikutnya mempelajari tingkahlaku khas dari ayam-ayam yang paling jagoan dan ayam yang ditaklukkannya. Terlihat adanya aturan umum bahwa ayam yang berada di puncak hierarki, dalam arti yang terkuat, lebih penuh dengan kebajikan debandingkan dengan ayam yang yang berada di tingkat menengah. Terlihat bahwa sekali jagoan itu mencapai tingkat jagoan dalam arti mengalahkan semua ayam lainnya, maka ia tak perlu lagi berkelahi untuk mempertahankan posisi jagoan itu. Dia menjadi jagoan untuk selamanya. Jarak psikologis telah terbentuk dan berlangsung secara stabil. Tetapi ayam berada di tingkat menengah hierarki, sangat agresif karena mereka khawatir dalam mepertahankan posisinya yang secara permanen terancam dari dua fron. Percobaan selanjutnya ialah untuk mengetahui bagaimana cara ayam tersebut bertingkah laku dalam mengubah kondisi. Jika kita mengambil seekor ayam jantan yang menjadi pemimpin dari satu kelompok lain dimana ia menjadi salah seekor yang berkedudukan sebagai anggota kelas mengengah, maka ternyata ia mengubah pola tingkahlakunya. Dari semula penuh kebajikan, kemudian berubah menjadi lebih agresif. Jelas ini disebabkan karena kekhawatiran dalam mempertahankan posisinya. Sebaliknya jika ayam yang paling jagoan dari satu kelompok besar kemudian digabungkan kedalam dan menjadi jagoan kelompok kecil, maka tingkahlakunya lebih penuh kebajikan dibandingkan dengan tingkahlakunya ketika berada pada posisi sebagai jagoan kelompok besar. Ujung dari penelitian ini melihat kemungkinan besar bahwa tingkahlaku ayam itu lebih banyak tergabung kepada posisi sosialnya dibandingkan dengan karakter bawaannya.
            Ebbe kemudian mencoba pula meneliti keteraturan jarak sosial dan tingkahlaku sosial di kalangan anak sekolah. Peneliti menemukan bahwa dalam suatu hierarki tertentu yang kesemuanya tak serupa dengan penilaian gurunya tetapi merupakan hasil ciptaan kehidupan kelompo anak sekolah itu.
            Jika pimpinan dari satu kelompok dimasukkan ke dalam kelompok lain dimana ia menjadi anggota kelas menengah disana, maka tingkahlakunya berubah. Dengan demikian di antara anak sekolah itu juga supaya tingkah lakunya tergantung kepada sosialnya secara individual dan juga kepada apa yang disebut: karakter, yang untuk sebagian besar merupakan hasil dari berbagai situasi sosial.
            Adalah jelas sekali trdapat tendensi umum tertentu yang melekat dalam kehidupan kelompok anak sekolah seperti itu yang berperan menurut aturan yang sama, wlaupun mereka di ubah oleh perlengkapan mental dari komposisi kehidupan kelompok. Salah satu perbedaan utama antara tingkah laku binatang dan tingkah laku manusia dalam kehidupan kelompok, terlihat dari kenyataan bahwa binatang tidak mampu mengatur tindakan yang menjurus ke arah perubahan secara revolusioner. Hanya ada pemberontakan secara individual yang ada dalam kehidupan kelompok binatang. Ayam yang ditaklukkan selalu berusaha meningkatkan posisinya melalui pertarungan baru terutama dalam kasus di mana ayam yang ditaklukkan itu tak harus inferior secara badaniah tetapi disebabkan karena ketakutan psikologis yang timbul. Dengan mengamati pertarungannya orang dapat melihat bahwa binatang yang ditaklukkan itu adalah sangat gelisah, ia berupaya untuk menciptakan kebiasaan dan membangun sikap takluk, menciptakan jarak ketakutan. Revesz, seorang peneliti di bidang sosiologi binatanng lainnya meneliti tingkah laku kera yang dikandangkan. Dikandang yang diamatinya itu terdapat seekor kera yang unggul, empat ekor yang lemah, dan seekor anak kera. Ketika makanan yang dibawa ke kandangnya, yang terjadi mula-mula ialah perebutan makanan menurut dorongan hati (impulse) masing-masing kera itu. Tetapi tingkah laku demikian segera membuka jalan bagi situasi di mana kera yang terkuat mampu memuaskan dirinya sendiri tanpa rintangan, sebagai kera utama. Kera lain yang rebut makanan yang ada ditepi tiba-tiba rupanya menyadari dan mengingat hasil pertarungan dan gigitan kera yang terkuat yang terjadi sebelumnya, sehingga kemudian mereka menghindar ke arah yang berlawanan dan mengakhiri perebutan makanan itu. Segera setelah hal ini terjadi, anak kera maju ke depan dan menempatkan dirinya berdekatan dengan kera yang terkuat, mulai memakan pisang yang tersedia dengan tenang tanpa digigit oleh sang jagoan. Sepanjang anak kera ini tidak mencampuri persaingan kera yang lain itu, maka ia menjadi seekor kera yang mendapat bagian dalam kompetisi, maka ia segera ditaklukkan dan akan sama nasibnya dengan kera lain yang berkompetisi. Jelas kiranya bahwa dalam setiap situasi yang khas, suatu jarak tertentu terus-menerus tercipta dengan sendirinya di kalangan kehidupan binatang itu.  Di sini jarak ruang pada waktu bersamaan mengandung jarak ketakutan dan rasa hormat. Jarak obyektif cenderung dihubungkan dengan kualitas jarak mental.
            Ungkapan bahasa Jerman ‘drei Schritt von Leib’ (tiga langkah dari manusia) digunakan untuk menandai sikap pemeliharaan jarak dari seseorang menggambarkan dengan sempurna keadaan masyarakat dimana jarak ruang pada waktu bersamaan mengungkapkan ketakutan dan rasa hormat.langkah pertama ialah jarak normal antara anggota dari suatu masyarakat. Jarak dari tiga langkah selanjutnya, merupakan pemaksaan terhadap orang yang berada di luar kelompok dominan sebagai tanda dari status yang disubordinasikan di dalam hirarki masyarakat yang ketat. Jarak yang berlebih ini, yang dapat dipertentangkan dengan keadaan berkurangnya jarak menggambarkan keintiman. Keintiman yang berhubungan erta dengan keakraban dan kontak pisik yang terjadi antara individu dalam kelompok, sekali lagi menunjukkan kenyataan bahwa jarak obyektif cenderung berhubungan erat dengan kualitas jarak mental.
            Selama berlangsungnya proses diferensiasi, tipe-tipe jarak yang lebih kompleks muncul dari jarak ketakutan; sebagai contohnya adalah jarak kekuasaan. Jarak konvensional yang telah berkembang dengan cepat dalam suatu masyarakat sebagai tanggapan terhadap keperluan akan keamanan pribadi telah berkembang dengan cepat dalam suatu masyarakat senagai tanggapan terhadap keperluan akan keamanan pribadi telah berkembng dalam berbagai masyarakat menjadi suatu simbol antar hungan kekuasaan dan berpengaruh nyata terhadaap hiraarki sosial.
            Kita dapat membedakan tiga jenis jarak. Pertama, jarak yang menjamin terpeliharanya tata sosial dan hirarki sosial tertentu. Kedua, jarak eksistensial. Ketiga, jarak diri sendiri, yakni jarak yang diciptakan di dalam diri seseorang individu tertentu.

4.      PEMELIHARAAN HIRARKI SOSIAL
            Struktur hirarkis tata sosial, adanya kelas-kelas dantingkatan dalam kehidupan, dalam sebagian besar kasus ditunjang oleh sejenis jarak tertentu. Jarak yang jelas kelihatan di dalam pergaulan sosial dan di dalam penyelesaian obyek kultural yang dimiliki masyarakat, memelihara suatu stratifikasi sosial melalui peralatan mental yang cenderung menggantikan kedudukan kekuasaan. Sistem berpakaian yang sangat canggih dan tatakrama, gaya berbicara, sikap dan adat kebiasaan, dapat dipergunakan untuk memelihara jarak antara kelompok penguasa dan oraang yang dikuasainya. Tugas tersembunyi sistem tersebut ialah untuk menciptakan jarak dan dengan demikian untuk mengawetkan kekuasaan minoritas penguasa.
            Jarak digambarkan dengan sendirinya oleh bentuk pergaulan sosial dan oleh jarak obyek tertentu dalam lingkungan kebudayaan masyarakat tertentu. Pergaulan sosial, dapat terbentuk dalam dua cara. Pertam, dengan membatasi atau meniadakan kerjasama antara dua kelompok penguasa dan yang dikuasai. Misalnya dengan melarang perkawinan campuran antara aanggota kedua kelompok atau dengan memantangkan makan bersama pada satu meja atau dengan memantangkan makan suatu sistem kebiasaan yang canggih, yang menonjolkan jarak antara strata masyarakat yang berbeda.
            Melalui penyatuan mayoritas orang yang tertindas secara mendadak, maka setiap kelompok penguasa dapat digulingkan. Karena itu prinsip memecah-belah dan kemudian menguasai-devide and rule-selalu diikuti oleh kelompok penguasa dan bila pelaksanaan prinsip ini berhasil baik maka stabilitas sistem sosial yang ada akan terjamin. Namun demikian bukan hanya pergaulan sosial dimana masing-masing strata sosial dan antara strata sosial yang berbeda saja yang dikendalikan oleh jarak sosial itu. Obyek-obyek sosial dan lingkungan kultural pun dijaga jaraknya dengan cara yang sama. Jika kita mengamati masyarakat yang berbeda dan bertanya kepada diri sendiri: apakah yang dapat membuatnya mempunyai jarak, maka kita akan menemukan bahwa di keduanya terdapat baik manusianya seperti pemimpin dan raja maupun obyek-obyeknya seperti barang peninggalannya. Dalam masyarakat primitif mislanya, sifat ke-Tuhanan dari para pemimpinnya atau rajanya sebagian besar dipelihara melalui upacara seremonial yang rumit yang dapat melindungi pemimpin atau raja itu dan memisahkan mereka dari rakyat yang diperintahnya. Tokoh ‘orang suci’ sebaliknya menjadi orang yang dikeramatkan terutama karena ia meningkatkan jarak dan dengan demikian mengisolasikan dirinya dari pengikutnya. Selanjutnya pepatah-petitih dan peribahasa dapat sipisahkan dari pemakaian sehari-hari menjadi mantera-mantera, seperti kalimat yang dipetik dari kitab suci oleh seorang pendeta. Orang juga dapat memisahkan institusi dan organisasi atau bidang kehidupan dan aktifitas seperti kesenian atau hari libur.
            Ada kesamaan antara jarak sosial dan jarak obyek dari lingkungan kultural. Peningkatan nilai tertentu secara palsu dan menjaga jarak dalam kebiasaan sehari-hari ditopang oleh sistem yang sama. Ide kekesatriaan seperti kepahlawanan dan sopan santun, meningkatkan dan memisahkan pola perilaku tertentu dan meningkatkan kebutuhan yang tak dapat dipenuhi oleh orang kebanyakan. Jadi ide tersebut mempunyai fungsi sosial yang sama dengan jarak yang berperan dalam pergaulan sosial.
            Evolusi demokrasi ditandai oleh kecenderungan baik dengan mengurangi jarak atau dengan mengubah metode pengambilan jarak. Sementara dalam masyarakat pra-demokrasi peraturan-peraturan keras menentukan cara-cara berpakaian yang boleh dikenakan oleh tingkat sosial yang berbeda, maka masyarakat demokrasi mengganti sistem yang usang itu dengan ‘mode’. Bertingkahlaku dan bergaul menjadi lebih bebas. Suatu proses penyamarataan ke atas dan ke bawah dikembangkan dan kebebasan menonjolkan diri untuk sebagian besar menggantikan peraturan seremonial tradisional. Hambatan terhadap kebebasan menonjolkan diri, juga dapat dipergunakan sebagai alat untuk mempertahankan jarak sosial. Dengan demikian, orang yang berada pada kedudukan yang lebih tinggi dapat membatasi diri mereka sendiri untuk mengawetkan jenis tingkah laku martabat tertentu.


5.      JARAK EKSISTENSIAL
            Jarak sosial jenis ini dapat diamati jika kita mengenyampingkan seluruh tindakan pengambilan jarak yang berasal dari pergaulan sosial. Dengan demikian akan terdapat suatu bentuk jarak tertentu yang lain dari jenis jarak sosial yang dapat ditunjukkan melalui contoh berikut. Jika seorang wanita dari kalangan yang sederhana mengunjungi seorang pendeta demi untuk maksud pengakuan dosa, maka baginya pendeta itu bukanlah sebagai seorang yang khas tetapi merupakan suatu kepribadian yang mencerminkan kemampuan untuk meningkatkan status sosial. Namun pada waktu bersamaan, wanita itu mungkin pula dipengaruhi oleh rasa keakrabannya terhadap si pendeta atau oleh perasaannya sendiri yang merasa sedemikian renggangnya dengan pendeta itu. Perasaan terakhir inilah yang kita sebut sebagai jarak eksistensial itu. Tetapi kedua topeng individual biasanyaa berpengaruh secara serentak. Proses demokratisasi lazimnya cenderung mengurangi jarak sosial dan membuka hubungan eksistensial yaang murni antara manusia.
            Perbedaan-perbedaan eksistensial merupakan suatu antara hubungan antara individual yang lahir secara eksklusif dari kualitas kejiwaan manusia. Perbedaan eksistensial ini terlihat ketika seseorang sekonyong-konyong menyadari keintiman dirinya dengan orang lain, dan ia mengadakan kontak yang erat dengan batinnya yang paling dalam. Jarak eksistensial ini dalam sebagian besar masyarakat sejak lama dikacaukan dengan jarak sosial, mislanya dalam masyarakat berkasta. Kelahiran individualisme akhirnya merobek topeng sosial dari manusia.

6.      PENCIPTAAN JARAK DALAM KEPRIBADIAN TUNGGAL
            Seorang individu dapat berada sedemikian dekatnya atau jauh dari kepribadian sebenarnya yang dimilikinya, sama seperti ia juga dapat merasa dekat atau jauh dari kepribadian orang lain. Kita dapat mengamati dari dalam diri seseorang individu fenomena yang menunjukkan jauh-dekatnya seseorang dari kepribadiannya sendiri, yang dengan tiba-tiba kepribadiannya itu menjadi asing bagi dirinya sendiri. Abad demokrasi telah merusak jarak sosial, namun dengan demikian penonjolan jarak eksistensial menjadi lebih besar. Pengasingan diri sendiri yang terdapat dalam situasi kultural tertentu merintangi penonjolan diri sendiri secara individual.
            Pengambilan jarak adalah suatu faktor yang amat penting dalam mengubah struktur kekuasaan menjadi pola mental dan kultural. Sejaraah telah menunjukkan bahwa perubahan dalam gaya kultural berhubungan erat dengan perubahan dalaam struktur kekuasaan. Sosiologi kultural membahas masalah ini secara terperinci dan telah menemukan bagaimana organisasi kekuasaan dalam berbagai jenis perkembangan sejarah berpengaruh terhadap berbagai bentuk jarak mental.







Nama :Teguh Sanjaya
NPM : 16115841
Tugas : softkill ilmu sosial dasar





 ILMU SOSIAL DASAR

PENGERTIAN
Ilmu Sosial Dasar  adalah pengetahuan yg menelaah masalah-masalah sosial, khususnya masalah-masalah yang diwujudkan oleh masyarakat Indonesia, dengan menggunakan teori-teori (fakta, konsep, teori) yg berasal dari berbagai bidang pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu-ilmu sosial (seperti Geografi Sosial, Sosiologi, Antropologi Sosial, Ilmu Politik, Ekonomi, Psikologi Sosial dan Sejarah).
Ilmu Sosial Dasar  merupakan suatu usaha yang dapat diharapkan memberikan pengetahuan umum dan pengetahuan dasar tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk melengkapi gejala-gejala sosial agar daya tanggap (tanggap nilai), persepsi dan penalaran mahasiswa dalam menghadapi lingkungan sosial dapat ditingkatkan , sehingga kepekaan mahasiswa pada lingkungan sosialnya menjadi lebih besar.
Ruang Lingkup Studi ISD
ISD meliputi dua kelompok utama; studi manusia dan masyarakat dan studi lembaga-lembaga sosial. Yg terutama terdiri atas psikologi, sosiologi, dan antropologi, sedang yg kemudian terdiri atas ekonomi dan politik.
Sasaran studi ISD adalah aspek-aspek yang paling dasar yang ada dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan masalah-masalah yang terwujud dari padanya.
Bahan pelajaran Ilmu Sosial Dasar dapat dibedakan 3 golongan :

        1.  Kenyataan-kenyataan social yang ada dala mmasyarakat, yang  secara bersama-sama merupakan masalah social tertentu.
        2.   Konsep-konsep social atau pengertian-pengertian tentang kenyataan-  kenyataan social dibatasi pada konsep dasar atau elemnter saja yang sangat diperlukan untuk mempelajari masalah-masalah social yang dibahas dalam Ilmu Pengetahuan Sosial.
        3.  Masalah-masalh yang timbul dalam masyarakat, biasanya terlibat dalam berbagai kenyataan-kenyataan social yang antara yang satu dengan yang lainnya berbeda.
Tujuan ISD
ISD membantu  perkembangan wawasan penalaran dan kepribadian mahasiswa agar memperoleh wawasan yang lebih luas dan ciri-ciri kepribadian yang diharapkan dari sikap mahasiswa, khususnya berkenaan dengan sikap dan tingkah laku manusia dalam menghadapi manusia-manusia lain, serta sikap dan tingkah laku manusia-masalah lain terhadap manusia yg bersangkutan secara timbal balik.
Sebagai salah satu dari mata kuliah dasar umum. Ilmu Sosial Dasar mempunyai tujuan pembinaan mahasiswa agar
a. Memahami dan menyadari adanya kenyataan-kenyataan sosial dan
masalah-masalah sosial yang ada di dalam masyarakat.
     b.Peka terhadap masalah-masalah sosial dan tanggap untuk ikut serta dalam usaha-usaha menanggulanginya.
c. Menyadari setiap masalh sosial yang timbul dala masyarakat selalu bersifat kompleks dan hanya mendekatinya mempelajarinya secara kritis dan interdisipliner.
d. Memahami jalan pikiran para ahli dalam bidang ilmu pengetahuan lain dan dapat berkomunikasi dengan mereka dalam rangka penanggulangan masalah sosial yang timbul dalam masyarakat.

Pokok Bahasan ISD
1. Pengertian, latar belakang serta ruang lingkup pembahasan.
2. Sekilas tentang ilmu-ilmu sosial, IPS, ilmu sosial, dan ISD.
3. Penduduk, masyarakat dan kebudayaan.
4. Individu, keluarga, dan masyarakat.
5. Pemuda dan sosialisasi serta peranan pemuda dalam pembangunan masyarakat.
6. Peranan pendidikan dlm pembangunan.
7. Warga negara dan negara.
8. Pelapisan sosial desa, kesamaan derajat.
9. Desa, masyarakat kota dan pembangunan pedesaan.

Sebagai salah satu dari mata kuliah dasar umum ilmu social dasar mempunyai tujuan pembinaan mahasiswa agar:
Memahami dan menyadari kenyataan-kenyataan social dan masalah-masalah yang ada didalam masyarakat
Peka terhadap masala-masalah social dan tanggap untuk ikut serta dalam usaha-usaha menanggulanginya
Menyadari bahwa setiap masalah social yang timbul dalam masyarakat slalu bersifat kompleks dan hanya mendekatinya dan mempelajarinya secar kritis dan interdisipliner
Ilmu Sosial Dasar dan Ilmu Pengetahuan Sosial:
Ilmu sosial dasar ISD dan ilmu penegetahuan social mempunyei persamaan dan perbedaan adapun persamaan antara keduanya adalah :
Keduanya merupkan bahan studi untuk kepentingan program pendidikan dan atau pengajaran
Keduanya bukan disiplin ilmu yang berdiri sendiri
Keduanya mempunyei materi-materi yang terdiri dari kenyataan social dan masalah social.
Adapun Perbedaan diantara keduamya adalah adalah:
Ilmu social dasar diberikan di Perguruan Tinggi, sedangkan ilmu social dasar diberikan di sekolah dasar dan sekolah lanjutan
Ilmu social dasar merupakan salah satu mata kuliah tunggal, sedangkan ilmu penegetahuan social merupakan kelompok dari sejumlah mata pelajaran (Untuk sekolah lanjutan)
Ilmu social dasar diarahkan pada pembentukkan sikap dan kepribadian , sedangkan ilmu pengetahuan social diarahkan pada pembentukkan penegetahuan dan ktrampilan intelektual.
Berikut Bahan pelajaran Ilmu Sosial Dasar dapat dibedakan atas tiga golongan:
Kenyataan-kenyataan sosial yang ada dalam masyrakat, yang secara bersama-sama merupakan masalah sosial tertentu.
Konsep-konsep social dibatasi pada konsep dasar atau elementer saja yang sangat diperlukan utntuk mempelajari masalah-masalah sosial yang dibahas dalam ilmu pengetahuan sosial,
contohnya:
Keanekaragaman dan konsep kesatuan sosial bertolak dari kedua konsep tersebut diatas, maka dapat kita pahami dan kita sadari bahwa di dalam masyarakat selalu terdapat:
Persamaaan dan perbedaan pola pemikiran dan pola tingkah laku baik secara individual atau kelompok atau golongan.








Ilmu sosial dasar adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia tentang masalah sosial, dan juga membicarakan hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya. Khususnya kehidupan masyarakat Indonesia dengan menggunakan pengertian-pengertian. Ilmu sosial bukanlah suatu bidang keahlian ilmu-ilmu sosial tertentu, tetapi berasal berbagai bidang pengetahuan dalam berbagai ilmu-ilmu sosial seperti, sosiologi, sejarah , antropologi, psikologi sosial.
Tujuan ilmu sosial dasar (ISD) adalah memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji gejala-gejala sosial dan lebih memahami dan menyadari bahwa setiap kenyataan sosial dan masalah sosial ada dalam masyarakat dan selalu bersifat kompleks, kita hanya bisa memahaminya secara kritis.
Ilmu pengetahuan dikelompokan dalam beberapa kelompok. Secara umum ilmu pengetahuan dikelompokan menjadi tiga yaitu ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, dan ilmu pengetahuan budaya atau lebih umum disebut ilmu pengetahuan humaniora. Pengelompokan ilmu pengetahuan ini yang mendasari pengembangan Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, dan Ilmu Budaya Dasar.
Bahan pelajaran Ilmu Sosial Dasar dapat dibedakan 3 golongan :
1. kenyataan-kenyataan social yang ada dala mmasyarakat, yang secara bersama-sama merupakan masalah social tertentu.
2. konsep-konsep social atau pengertian-pengertian tentang kenyataan-kenyataan social dibatasi pada konsep dasar atau elemnter saja yang sangat diperlukan untuk mempelajari masalah-masalah social yang dibahas dalam Ilmu Pengetahuan Sosial
3. masalah-masalh yang timbul dalam masyarakat, biasanya terlibat dalam berbagai kenyataan-kenyataan social yang antara yang satu dengan yang lainnya berbeda.
Penduduk masyarakat dan kebudayaan, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu, sedangkan masyarakat menurut R. Linton adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dirinya berpikir tentang dirinya dalam kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. Ini berarti masyarakat akan terbentuk bila ada penduduknya sehingga tidak mungkin akan ada masyarakat tanpa penduduk, masyarakat terbentuk karena adanya penduduk.
Sedangkan budaya atau kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.



Pertambahan penduduk pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor – faktor demografi sebagai berikut :
1. Kematian (Mortalitas)
2. Kelahiran (Natalitas)
3. Migrasi (Mobilitas)
Kelahiran dan kematian dinamakan faktor alami, sedangkan perpindahan penduduk dinamakan faktor non alami. Di dalam pengukuran demografi ketiga faktor tersebut diukur dengan tingkat/rate. Tingkat/rate adalah ukuran frekuensi suatu penyakit atau peristiwa/kejadian tertentu yang terjadi pada suatu populasi selama periode waktu tertentu, dibandingkan dengan jumlah penduduk yang menanggung resiko tersebut.
Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif (migrasi internal) atau batas politik/negara (migrasi internasional). Dengan kata lain, migrasi diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah (negara) ke daerah (negara) lain.
Walaupun migrasi manusia telah berlangsung selama ribuan tahun, konsep modern imigrasi, khususnya pada abad ke-19, terkait dengan perkembangan negara-bangsa dengan kriteria kewarganegaraan yang jelas, paspor, pengawasan perbatasan permanen, serta hukum kewarganegaraan. Kewarganegaraan dari suatu negara memberikan hak-hak khusus kepada penduduk negara tersebut, sementara para imigran dibatasi oleh hukum imigrasi. Negara-bangsa membuat imigrasi menjadi suatu isu politik; per definisi ia adalah tanah air suatu bangsa yang ditandai oleh kesamaan etnis dan/atau budaya, sedangkan imigran memiliki etnis dan budaya yang berbeda. Hal ini kadang menyebabkan suatu ketegangan sosial, xenofobia, dan konfik identitas nasional pada banyak negara maju.
Berbagai penelitian antropologi budaya menunjukan bahwa terdapat korelasi antar corak kebudayaan dengan corak kepribadian anggota masyarakat. Opini umum juga menyatakan bahwa kebudayaan suatu bangsa adalah cermin kepribadian bangsa yang bersangkutan. Kalau begitu dari sisi mana kebudayaan dapat memberi pengaruh pada suatu kepribadian??. Jika kita melihat dari sisi sikap pemilik kebudayaan itu sendiri. Pemilik kebudayaan itu menganggap bahwa segala sesuatu terangkum dan terlebur dalam segala materi kebudayaan itu sebagai sesuatu yang logis, normal serasi, dan selaras dengan kodrat dalam tabiat asasi manusia dan sebagainya. Kepribadian bangsa indonesia yang ramah tamah, suka menolong, memiliki sifat kegotong royongan adalah ciri umum dari sekian banyak kepribadian dari suku-suku yang berada di Republik Indonesia dan terpatri menjadi ciri khas kepribadian Bangsa Indonesia
Individu adalah bagian atau satuan terkecil yang perseorangan dari suatu kelompok masyarakat. Pertumbuhan adalah perubahan besar, ukuran atau jumlah dalam suatu bentuk untuk pengukuran. Dan pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu yang dapat dihitung dari jumlah individu sebuah populasi.



Terdapat 3 faktor utama secara umum yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk :
      1. Kelahiran (Fertilitas)
      2. Kematian (Mortalitas)
      3. Perpindahan (Migrasi)
kelahiran bersifat menambah,kematian bersifat mengurangi dan mingrasi dapat bersifat menambah(migrasi masuk)dan dapat pula bersifat mengurangi(mingrasi keluar). untuk banyak negara ,termasuk indonesia,pertumbuhan penduduk di tentukan oleh kelahiran dan kematian,karena mingrasi masuk dan migrasi keluar terlalu kecil sehingga bisa diabaikan,
Ada beberapa fungsi yang dijalankan dalam keluarga :
1.Fungsi Pendidikan. Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak bila kelak dewasa.

2. Fungsi Religius. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada keyakinan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.

3. Fungsi Ekonomis. Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain, kepala keluarga bekerja untuk mencari penghasilan, mengatur penghasilan itu, sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.


4. Fungsi Biologis. Tugas keluarga yang utama dalam hal ini adalah untuk meneruskan keturunan sebagai generasi penerus.


5.Fungsi Sosialisasi. Tugas keluarga untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku dan meneruskan nilai-nilai budaya.

Pengertian dari fungsi-fungsi keluarga adalah suatu tugas atau pekerjaan yang harus dilaksanakan dalam keluarga untuk tujuan yang positif. Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompokorang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut.
Makna Individu adalah manusia sebagai makhluk individu mengalami kegembiraan atau kecewa akan terpaut dengan jiwa raganya. Tidak hanya dengan mata, telinga, tangan, kemauan, dan perasaan saja. Dalam kegembiraannya manusia dapat mengagumi dan merasakan suatu keindahan, karena ia mempunyai rasa keindahan, rasa estetis dalam individunya.

Makna Masyarakat adalah makna masyarakat termasuk juga dengan pengertian dari masyarakat tersebut yaitu merupakan istilah yang digunakan untuk menerangkan komuniti manusia yang tinggal bersama-sama. Boleh juga dikatakan masyarakat itu merupakan jaringan perhubungan antara pelbagai individu. Dari segi pelaksanaan, ia bermaksud sesuatu yang dibuat - atau tidak dibuat - oleh kumpulan orang itu. Masyarakatmerupakan subjek utama dalam pengkajian sains sosial.
Makna Keluarga adalah makna keluarga termasuk juga dengan pengertian keluarga yg saya ketahui seperti betikut yang terdiri dari Ayah, ibu dan anak serta bebarapa orang lain yang masih terikat dalam hubungan darah dan saling ketergantungan atau membutuhkan satu sama lain.
Hubungan antara individu, keluarga dan masyarakat. Aspek individu, keluarga, masyarakat dan kebudayaan adalah aspek-aspek sosial yang tidak bisa dipisahkan. Keempatnya mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Tidak akan pernah ada keluarga, masyarakat maupun kebudayaan apabila tidak ada individu. Sementara di pihak lain untuk mengembangkan eksistensinya sebagai manusia, maka individu membutuhkan keluarga dan masyarakat, yaitu media di mana individu dapat mengekspresikan aspek sosialnya. Di samping itu, individu juga membutuhkan kebudayaan yakni wahana bagi individu untuk mengembangkan dan mencapai potensinya sebagai manusia.
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi ialah masalah yang cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya.
Proses Terjadinya Urbanisasi di karenakan faktor urbanisasi, antara lain faktor – faktor urbanisai yakni :
A. Faktor Penarik Terjadinya Urbanisasi
1. Kehidupan kota yang lebih modern
2. Sarana dan prasarana kota lebih lengkap
3. Banyak lapangan pekerjaan di kota
4. Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi lebih baik dan berkualitas
5. Lahan pertanian semakin sempit
6. Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa

Hubungan Desa-kota, Hubungan Pedesaan-Perkotaan.
Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komonitas yang terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar diantara keduanya terdapat hubungan yang erat. Bersifat ketergantungan, karena diantara mereka saling membutuhkan. Kota tergantung pada dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan bahan pangan seperti beras sayur mayur , daging dan ikan.
Desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi bagi jenis jenis pekerjaan tertentu dikota. Misalnya saja buruh bangunan dalam proyek proyek perumahan. Proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau jembatan dan tukang becak. Mereka ini biasanya adalah pekerja pekerja musiman. Pada saat musim tanam mereka, sibuk bekerja di sawah. Bila pekerjaan dibidang pertanian mulai menyurut, sementara menunggu masa panen mereka merantau ke kota terdekat untuk melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia.
“Interface”, dapat diartikan adanya kawasan perkotaan yang tumpang-tindih dengan kawasan perdesaan, nampaknya persoalan tersebut sederhana, bukankah telah ada alat transportasi, pelayanan kesehatan, fasilitas pendidikan, pasar, dan rumah makan dan lain sebagainya, yang mempertemukan kebutuhan serta sifat kedesaan dan kekotaan.
Hubungan kota-desa cenderung terjadi secara alami yaitu yang kuat akan menang, karena itu dalam hubungan desa-kota, makin besar suatu kota makin berpengaruh dan makin menentukan kehidupan perdesaan.
Secara teoristik, kota merubah atau paling mempengaruhi desa melalui beberapa caar, seperti:


(i) Ekspansi kota ke desa, atau boleh dibilang perluasan kawasan perkotaan dengan merubah atau mengambil kawasan perdesaan. Ini terjadi di semua kawasan perkotaan dengan besaran dan kecepatan yang beraneka ragam;
(ii) Invasi kota , pembangunan kota baru seperti misalnya Batam dan banyak kota baru sekitar Jakarta merubah perdesaan menjadi perkotaan. Sifat kedesaan lenyap atau hilang dan sepenuhnya diganti dengan perkotaan;
(iii) Penetrasi kota ke desa, masuknya produk, prilaku dan nilai kekotaan ke desa. Proses ini yang sesungguhnya banyak terjadi;
(iv) ko-operasi kota-desa, pada umumnya berupa pengangkatan produk yang bersifat kedesaan ke kota. Dari keempat hubungan desa-kota tersebut kesemuanya diprakarsai pihak dan orang kota. Proses sebaliknya hampir tidak pernah terjadi, oleh karena itulah berbagai permasalahan dan gagasan yang dikembangkan pada umumnya dikaitkan dalam kehidupan dunia yang memang akan mengkota.



Perbedaan antara desa dan kota
Dalam masyarakat modern, sering dibedakan antara masyarakat pedesaan (rural community) dan masyarakat perkotaan (urban community). Menurut Soekanto (1994), per-bedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat modern, betapa pun kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota. Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada hakekatnya bersifat gradual.
Kita dapat membedakan antara masya-rakat desa dan masyarakat kota yang masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan “berlawanan” pula. Perbedaan ciri antara kedua sistem tersebut dapat diungkapkan secara singkat menurut Poplin (1972) sebagai berikut:
Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan (Soekanto, 1994). Selanjutnya Pudjiwati (1985), menjelaskan ciri-ciri relasi sosial yang ada di desa itu, adalah pertama-tama, hubungan kekerabatan.
Ada beberapa ciri yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk untuk membedakan antara desa dan kota. Dengan melihat perbedaan perbedaan yang ada mudah mudahan akan dapat mengurangi kesulitan dalam menentukan apakah suatu masyarakat dapat disebut sebagi masyarakat pedeasaan atau masyarakat perkotaan.
Ciri ciri tersebut antara lain :
1) jumlah dan kepadatan penduduk
2) lingkungan hidup
3) mata pencaharian
4) corak kehidupan sosial
5) stratifiksi sosial
6) mobilitas sosial
7) pola interaksi sosial
8) solidaritas sosial
9) kedudukan dalam hierarki sistem administrasi nasional.
Aspek Positif dan Negative
Perkembangan kota merupakan manifestasi dari pola kehidupan sosial , ekonomi , kebudayaan dan politik . Kesemuanya ini akan dicerminkan dalam komponen – komponen yang memebentuk struktur kota tersebut . Jumlah dan kualitas komponen suatu kota sangat ditentukan oleh tingkat perkembangan dan pertumbuhan kota tersebut.
Kesimpulannya, Ilmu Sosial Dasar adalah ilmu penting yang harus kita pelajari karena kita akan belajar menelaah masalah-masalah sosial, khususnya masalah-masalah yg diwujudkan oleh masyarakat Indonesia. Ilmu ini mengasah kepekaan saya sebagai mahasiswa sehingga kepeduliaan kepada lingkungan sosial menjadi lebih besar.


SUMBER :
http://ahmadmuchtar19.blogspot.co.id/2012/10/rangkuman-materi-ilmu-sosial-dasar_2207.html